Visitors

Flag Counter

Sabtu, 15 Desember 2012

HDR

INDONESIA HDR

Travel to Indonesia with ARDANA TOUR.  ARDANA TOUR, Jl. Tapos Raya No. 10 Cibinong, Depok Jawa Barat. Telp. (021) 70731253. Marketing Manager, mas Antok, Hp. 08129599654



Kamis, 22 November 2012

Fotografi dan Kepedulian Sosial


Salah satu sifat fotografi adalah otentisitas. Artinya gambar yang dibuat merupakan pantulan dari kenyataan. Dengan sifat inilah kadang sebuah hasil pemotretan lebih menyakinkan daripada ribuan kata-kata. Hasil pemotretan kadang mampu menggetarkan pemirsa, sehingga seseorang bisa ikut merasakan atau ikut merenungi apa yang sesungguhnya terjadi pada sebuah karya foto.
Banyak sekali yang bisa diabadikan untuk menghasilkan sebuah karya foto. Mulai benda yang ada di sekitar kita sampai benda di luar angkasa seperti bulan, bintang, matahari misalnya. Mulai dari masalah kejadian di sekitar kita sampai masalah-masalah yang menarik perhatian khalayak ramai seperti bencana banjir yang beberapa waktu lalu terjadi di DKI jakarta, bencana letusan gunung Merapi, banjir bandang Wasior, tsunami di Mentawai ataupun kemiskinan yang masih dialami saudara-saudara kita di sini.
Seorang fotografer bebas menentukan subyek bidikannya. Juga ia bebas menentukan kapan pengambilannya, bagaimana sudut pandangnya, bagaimana pencahayaannya, sampai pilihan subyek yang sangat menarik hati nuraninya atau kecenderungan pilihannya. Ada fotografer yang cenderung ke fashion photography, industrial photography, wild-life photography, fine art photography, atau yang bergerak di media massa (photojournalism). Fotografer media massa dituntut untuk peka pada masalah-masalah yang sedang ramai (menjadi perhatian khalayak).
Jadi tugas seorang fotografer media massa ialah menelusuri aspek-aspek subyek yang akan menarik minat paling banyak dari khalayak ramai, kemudian menyajikannya dalam bentuk gambar yang indah. Fotografer media massa itu harus memiliki ketrampilan teknik yang dibutuhkan untuk dapat mengabadikan sesuatu dengan indah. Untuk itu ia harus berimajinasi untuk menemukan gambar yang akan diabadikan.
Untuk menjadi fotografer media massa bisa dimulai dari bawah dengan membuat gambar dan mengirimkan ke media massa daerah. Jangan langsung mengirimkan ke media massa yang berskala nasional atau internasional, karena akan menghadapi saingan dari mereka yang sudah menguasai teknik dan pengalaman luas.

Namun bisa pula seorang amatir atau masyarakat umum menghasilkan sebuah karya foto jurnalistik dengan nilai berita besar, yang biasanya secara tidak sengaja atau kebetulan. Seperti karya Virginia Schau yang berjudul Keajaiban diambil saat Virginia sedang berekreasi dengan beberapa temannya. Saat itu ia menyaksikan sebuah truk besar mengalami kecelakaan di sebuah jembatan. Seorang temannya memberi pertolongan pada sopir truk, sementara Virginia menjepretkan kameranya. Karya foto Virginia ini menjadikan ia wanita pertama yang meraih hadiah Pulitzer untuk kategori foto.
Karya John Gilpin, seorang penggemar fotografi di Sydney, Australia, dia menjepret sebuah pesawat jet DC-8 Japan Airlines saat lepas landas. Setelah film diproses ia baru mengetahui bahwa pada hasil jepretannya terlihat gambar seorang pemuda terjatuh dari pesawat itu. Kemudian foto itu dipublikasikan ke seluruh dunia. Foto yang unik dan luar biasa ini merupakan bukti tentang kenyataan adanya seorang pemuda yang mencoba menumpang pesawat di roda namun terjatuh dan tewas.
Cara terbaik bagi seorang amatir untuk memperoleh pengalaman ialah dengan jalan berkarya dan terus berkarya atau magang pada ahli kenamaan dengan sabar untuk memperoleh pengalaman dan peluang.
Sebagai fotografer media massa atau fotografer amatir yang kecenderungannya pada masalah sosial serta kemanusiaan (human interest), mereka dituntut untuk memiliki kepekaan hati nurani yang lebih dibandingkan fotografer lain.
Kalau kita lihat karya-karya foto pemenang hadiah foto jurnalistik Pulitzer, kita akan dibawa ikut merasakan apa yang sesungguhnya terjadi. Hati nurani kita seakan diketuk dan kepedulian sosial kita mungkin akan timbul dan bangkit, untuk memperhatikan dan membantu saudara-saudara kita yang miskin dan kelaparan di belahan dunia. Seperti karya Kevin Carter, yang menggambarkan kelaparan di Sudan. Kevin begitu gemilang menjepret seorang anak kurus kering yang sedang sekarat ditunggui seekor burung kondor pemakan bangkai. Karya Kevin memperoleh Pulitzer 1994, sebuah penghargaan tertinggi karya pers di Amerika Serikat.
Karya fotografer freelance Charles Porter yang menggambarkan seorang petugas pemadam kebakaran sedang menggendong anak berusia satu tahun yang menjadi korban peristiwa pemboman di Oklahoma, terpilih sebagai peraih hadiah penghargaan tertinggi Pulitzer tahun 1996, yang diumumkan di Universitas Columbia. Paling tidak tersirat dalam karya foto itu adanya kesan, yang kuat seharusnya memperhatikan serta melindungi yang lemah.
Karya foto Eddie Adams, seorang fotografer asal Amerika Serikat yang memenangkan hadiah foto jurnalistik Pulitzer tahun 1969. Dalam karyanya ia menampilkan komandan polisi Vietnam Selatan, Brigjen Nguyen Ngoc Loan, sedang menembak seorang Vietkong yang menjadi tawanannya. Foto yang diabadikan di medan pertempuran kota Saigon tanggal 1 Februari 1968 tersebut ternyata sangat berhasil dalam melukiskan kekejaman dan kekotoran perang Vietnam. Dengan melihat foto tersebut, orang bisa merenungi dan merasakan apa yang sesungguhnya terjadi dengan peperangan.
Karya James Nachtwey tahun 1993 mendapatkan penghargaan tertinggi dari The Word Press Photo Foundation berupa penghargaan World Press Photo of The Year. James mengabadikan korban kelaparan di Somalia. Dalam karyanya terlihat seorang wanita kurus kering dengan posisi membungkuk membawa seorang mayat yang telah terbungkus kain kafan di padang yang tandus.
Karya foto Larry Towel, dari Kanada yang pada World Press Photo 1994 berhak atas Golden Eye Trophy. Foto tersebut menggambarkan anak-anak Palestina yang tinggal di sepanjang Jalur Gaza sedang mengacungkan pistol. Kejadian tersebut direkam Larry Towel pada bulan mei 1993 ketika terjadi gelombang aksi protes terhadap pendudukan tentara Israel di Jalur Gaza. Lagi-lagi orang dibawa untuk melihat apa yang sesungguhnya terjadi di Palestina.
Atau karya-karya foto di media massa yang menggambarkan banjir di DKI Jakarta, tsunami di Mentawai, banjir bandang di Wasior, letusan gunung Merapi, dll. Kepedulian sosial masyarakat akan terketuk dan sebisa mungkin ikut membantu atau paling tidak ikut merasakan, bagaimana kalau yang kena bencana rumah kita.
Dari karya-karya foto yang mendapatkan penghargaan bisa ditarik sebuah "benang merah" dari subyek yang berwujud berupa subyek yang tak berwujud seperti ide yang orisinal, konsep, perasaan, emosi serta getaran jiwa yang terdapat dalam sebuah karya foto.
Memang menghasilkan karya foto yang bisa membangkitkan atau menimbulkan rasa kepedulian sosial bila orang melihat memerlukan pemahaman terhadap aspek-aspek subyek yang dipotret serta kepekaan fotografer terhadap subyek selain penangkapan momen yang tepat. (KOMPAS, YUDANTO PRAYITNO)

Senin, 24 September 2012

Mitos Wartawan

Ada beberapa mitos mengenai sosok wartawan menurut Elvinaro Ardianto dalam buku handbook of public relations.
1. Wartawan bisa diundang kapan saja. Hal ini merupakan mitos sehingga sering kali suatu undangan konferensi pers suatu perusahaan atau lembaga tidak banyak dihadiri wartawan. Ketidakhadiran tentunya disebabkan wartawan tersebut menganggap undangan itu kurang memiliki nilai berita, lokasi undangan terlalu jauh, lokasinya sukar dijangkau kendaraan umum, sudah terlalu malam karena wartawan sudah lelah, dikejar deadline penyerahan naskah berita yang lain, dan banyak lagi faktor yang membuat wartawan tidak bisa diundang kapan saja. Lain halnya kalau ada berita yang bersifat hard news, seperti kebakaran super mall, tabrakan kereta api, pesawat jatuh, perampokan, bencana alam. Mereka akan mengejar peristiwa tersebut kendati sudah tertidur lelap di rumahnya, dan bukan pada jam kerja. Mereka harus berangkat untuk mengajar sumber berita hard news tadi.
2. Wartawan selalu memberitakan hal-hal negatif. Hanya mitos karena wartawan tidak sembarangan dalam membuat berita karena sebuah berita harus dilengkapi dengan fakta yang akurat. Selain itu, seorang redaktur sebagai kepanjangtanganan pemimpin redaksi akan melihat pantas tidaknya sebuah berita diturunkan.
3. Wartawan selalu komersial. Dengan semakin baiknya tingkat kesehatan manajemen perusahaan surat kabar, dan bermunculannya wartawan muda yang berpendidikan tinggi, praktik-praktik meminta imbalan (amplop) dari sumber berita sudah bukan zamannya lagi.
4. Wartawan selalu urakan. Wartawan masa kini yang berpendidikan tinggi dan sudah dibekali etika ketika meliput, sehingga ketika meliput pun menggunakan pakaian yang rapi dan pantas. Bahkan, pernah terjadi kepada seorang wartawan Harian Bisnis Indonesia, yang kini menjadi dosen, disangka seorang dokter oleh protokoler suatu simposium ilmu kedokteran. Begitu pun ketika meliput sebuah konferensi pers di Jakarta. Karena ia duduk berdekatan dengan pengusaha, disangka bankir oleh wartawan yang tidak mengenalnya.
5. Wartawan manusia pintar. Mitos ini yang melekat dalam masyarakat bahwa wartawan merupakan manusia yang memiliki intelegensia tinggi harus diwaspadai karena lewat wawancaranya yang tajam bisa menjerumuskan sumber berita yang salah omong. Pada kenyataannya tidak betul sebab masih banyak wartawan yang bertanya saat konferensi pers dengan pertanyaan yang amat sederhana, bahkan tidak mengerti apa yang dipresentasikan dalam acara itu.
6. Wartawan yang membutuhkan berita. Misalnya, ketika akan meliput seminar harus membayar, kemungkinan kecil mereka mau, kalau tidak meninggalkan acara itu, wartawan akan menunggu di luar, ketika seorang menteri yang menjadi pembicara dalam seminar itu keluar, maka dikejarnya menteri itu, besoknya turun berita, tanpa menyebut penyelenggara seminar. Buat panitia suatu kerugian luput dari publisitas panitia seminar itu di media massa.
7. Wartawan adalah manusia kebal hukum. Pada kenyataannya, wartawan tidak kebal hukum. Jika melanggar lalu lintas, ia tetap ditilang polisi, atau jika ada oknum wartawan yang memeras uang kepada sumber berita tetap akan diciduk pihak berwajib.
8. Wartawan sosok yang menakutkan. Akibat mitos ini, tidak sedikit oknum wartawan yang bergentayangan mencari sumber berita yang ujung-ujungnya meminta uang.
9.Wartawan bisa menulis apa saja. Dengan mengacu pada kaidah jurnalistik, wartawan sesungguhnya tidak bisa menulis berita sekendak hati. Meskipun ia penulisnya, belum tentu redakturnya memuat berita tersebut karena sebuah berita yang layak dimuat harus benar-benar faktual.
10. Wartawan manusia sakti. Artinya, wartawan mampu mengurus apa saja dan dapat menembus rumitnya birokrasi. Karena itu, muncul mitos jika ingin mengurus sesuatu, sebaiknya menitipkan pada kenalan seorang wartawan. Padahal, dalam mengurus sesuatu misalnya perpanjangan SIM dan STNK, wartawan tetap harus mengikuti prosedur resmi (Abdullah, 2000)

Sabtu, 15 September 2012

Visi/Misi Foke-Nara & Visi/Misi Jokowi-Ahok

 Melihat spanduk mengarah ciracas deket danau.
Foke-Nara
Nama : DR. Ing. H. Fauzi Bowo
Tempat, tgl lahir : Jakarta, 10 April 1948
Agama : Islam
Pendidikan : Dokter Ingeniur (DE-Ing) - S3 Der Fachbereich Architectur, Universitat Kaiserlautern, Jerman

Nama : Mayjen (Purn) H. Nachrowi Ramli
Tempat, tgl lahir : Jakarta, 12 Juli 1951
Agama : Islam
Pendidikan : S-1 Fakultas Ekonomi, Universitas Borobudur


Visi
Jakarta yang lebih maju, nyaman dan sejahtera

Misi
1. Meningkatkan kualitas pelayanan publik yang mudah diakses dan merata
2. Memperkuat pemberdayaan masyarakat pada berbagai aspek kehidupan melalui peningkatan kapasitas dan penciptaan ruang untuk prakarsa dan kreativitas menuju masyarakat yang lebih mandiri
3. Mempercepat pembangunan infrastruktur kota untuk lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat
4. Mengelola lingkungan kota yang bersih, sehat, layak huni, dan inspiratif menuju kenyamanan dan kesejahteraan yang berkelanjutan

Jokowi-Ahok
Nama : Ir. H. Joko Widodo
Tempat, tgl lahir : Surakarta, 21 Juni 1961
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana Kehutanan-Universitas Gadjah Mada

Nama : Ir. Basuki Tjahaja Purnama, MM
Tempat, tgl lahir : Manggar, 29 Juni 1966
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : S-2 Sekolah Tinggi Manajemen, Prasetya Mulya

Visi
Jakarta baru, kota modern yang tertata rapi, menjadi tempat hunian yang layak dan manusiawi, memiliki masyarakat yang berkebudayaan, dan dengan pemerintahan yang berorientasi pada pelayanan publik.

Misi
1. Mewujudkan Jakarta sebagai kota modern yang tertata rapi serta konsisten dengan rencana tata ruang wilayah
2. Menjadikan Jakarta sebagai kota yang bebas dari masalah-masalah menahun seperti macet, banjir, pemukiman kumuh, sampah, dan lain-lain
3. Menjamin ketersediaan hunian dan ruang publik yang layak serta terjangkau bagi warga kota dan ketersediaan pelayanan kesehatan yang gratis sampai rawat inap dan pendidikan yang berkualitas secara gratis selama 12 tahun untuk warga Jakarta.
4. Membangun budaya masyarakat perkotaan yang toleran, tetapi juga sekaligus memiliki kesadaran dalam memelihara kota.
5. Membangun pemerintahan yang bersih dan transparan serta berorientasi pada pelayanan publik.

Kamis, 13 September 2012

Social Media Strategy

PELATIHAN STRATEGI MEDIA SOSIAL (SOCIAL MEDIA STRATEGY)

1. Latar Belakang Masalah
Dengan begitu banyak orang beralih ke mesin pencari di internet serta media sosial untuk mencari informasi dan membuat keputusan membeli produk, memakai jasa layanan dll.  maka pemilik bisnis/usaha semakin menyadari pentingnya membangun sebuah kehadiran online yang layak. Kehadiran online bisa berupa  website, blog, media sosial atau yang lainnya. Yang paling mendapat manfaat dari pemasaran online dari media sosial adalah usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Menurut laporan 2011, pemilik UMKM mendapat hasil terbesar dari pemasaran melalui media sosial selama 3 tahun terakhir. Media sosial telah menjadi alat utama dalam pemasaran yang cerdas.
Meskipun pemilik bisnis/usaha sudah memiliki website tersendiri, di pasar saat ini tidak cukup hanya mengandalkan website dan iklan dari mulut ke mulut untuk membawa nama bisnis/usaha anda ke masyarakat, mitra bisnis serta konsumen anda. Untuk itu perlu adanya strategi yang digunakan. Salah satunya menggunakan Strategi Media Sosial (Social Media Strategy).

2. Peserta Pelatihan
Peserta pelatihan 1 sampai 2 orang dan seperangkat komputer jaringan

3. Tujuan
Memperluas jangkauan informasi bisnis/usaha anda, mendapatkan mitra bisnis serta konsumen baru.

4. Hasil Yang Diharapkan
Pekerja, pemasar, pebisnis atau pengusaha, yang baru mulai usaha/bisnis bisa mengembangkan media sosial menjadi alat utama dalam pemasaran.

5. Waktu
Untuk mencapai tujuan dan hasil yang diharapkan dalam pelatihan ini  membutuhkan waktu 5 hari efektif.

6. Pelaksana Program Pelatihan
Andra (PH 085747117111), Yudanto Prayitno (PH. 08158038987) & Tim

Rabu, 05 September 2012

Indonesia Social Media


Memanfaatkan Social Media untuk ilmu pengetahuan, kecerdasan bangsa, kesejahteraan rakyat dll.