Memanfaatkan social media untuk ilmu pengetahuan, kecerdasan bangsa dan kesejahteraan rakyat.
Kamis, 22 November 2012
Fotografi dan Kepedulian Sosial
Salah satu sifat fotografi adalah otentisitas. Artinya gambar yang dibuat merupakan pantulan dari kenyataan. Dengan sifat inilah kadang sebuah hasil pemotretan lebih menyakinkan daripada ribuan kata-kata. Hasil pemotretan kadang mampu menggetarkan pemirsa, sehingga seseorang bisa ikut merasakan atau ikut merenungi apa yang sesungguhnya terjadi pada sebuah karya foto.
Banyak sekali yang bisa diabadikan untuk menghasilkan sebuah karya foto. Mulai benda yang ada di sekitar kita sampai benda di luar angkasa seperti bulan, bintang, matahari misalnya. Mulai dari masalah kejadian di sekitar kita sampai masalah-masalah yang menarik perhatian khalayak ramai seperti bencana banjir yang beberapa waktu lalu terjadi di DKI jakarta, bencana letusan gunung Merapi, banjir bandang Wasior, tsunami di Mentawai ataupun kemiskinan yang masih dialami saudara-saudara kita di sini.
Seorang fotografer bebas menentukan subyek bidikannya. Juga ia bebas menentukan kapan pengambilannya, bagaimana sudut pandangnya, bagaimana pencahayaannya, sampai pilihan subyek yang sangat menarik hati nuraninya atau kecenderungan pilihannya. Ada fotografer yang cenderung ke fashion photography, industrial photography, wild-life photography, fine art photography, atau yang bergerak di media massa (photojournalism). Fotografer media massa dituntut untuk peka pada masalah-masalah yang sedang ramai (menjadi perhatian khalayak).
Jadi tugas seorang fotografer media massa ialah menelusuri aspek-aspek subyek yang akan menarik minat paling banyak dari khalayak ramai, kemudian menyajikannya dalam bentuk gambar yang indah. Fotografer media massa itu harus memiliki ketrampilan teknik yang dibutuhkan untuk dapat mengabadikan sesuatu dengan indah. Untuk itu ia harus berimajinasi untuk menemukan gambar yang akan diabadikan.
Untuk menjadi fotografer media massa bisa dimulai dari bawah dengan membuat gambar dan mengirimkan ke media massa daerah. Jangan langsung mengirimkan ke media massa yang berskala nasional atau internasional, karena akan menghadapi saingan dari mereka yang sudah menguasai teknik dan pengalaman luas.
Namun bisa pula seorang amatir atau masyarakat umum menghasilkan sebuah karya foto jurnalistik dengan nilai berita besar, yang biasanya secara tidak sengaja atau kebetulan. Seperti karya Virginia Schau yang berjudul Keajaiban diambil saat Virginia sedang berekreasi dengan beberapa temannya. Saat itu ia menyaksikan sebuah truk besar mengalami kecelakaan di sebuah jembatan. Seorang temannya memberi pertolongan pada sopir truk, sementara Virginia menjepretkan kameranya. Karya foto Virginia ini menjadikan ia wanita pertama yang meraih hadiah Pulitzer untuk kategori foto.
Karya John Gilpin, seorang penggemar fotografi di Sydney, Australia, dia menjepret sebuah pesawat jet DC-8 Japan Airlines saat lepas landas. Setelah film diproses ia baru mengetahui bahwa pada hasil jepretannya terlihat gambar seorang pemuda terjatuh dari pesawat itu. Kemudian foto itu dipublikasikan ke seluruh dunia. Foto yang unik dan luar biasa ini merupakan bukti tentang kenyataan adanya seorang pemuda yang mencoba menumpang pesawat di roda namun terjatuh dan tewas.
Cara terbaik bagi seorang amatir untuk memperoleh pengalaman ialah dengan jalan berkarya dan terus berkarya atau magang pada ahli kenamaan dengan sabar untuk memperoleh pengalaman dan peluang.
Sebagai fotografer media massa atau fotografer amatir yang kecenderungannya pada masalah sosial serta kemanusiaan (human interest), mereka dituntut untuk memiliki kepekaan hati nurani yang lebih dibandingkan fotografer lain.
Kalau kita lihat karya-karya foto pemenang hadiah foto jurnalistik Pulitzer, kita akan dibawa ikut merasakan apa yang sesungguhnya terjadi. Hati nurani kita seakan diketuk dan kepedulian sosial kita mungkin akan timbul dan bangkit, untuk memperhatikan dan membantu saudara-saudara kita yang miskin dan kelaparan di belahan dunia. Seperti karya Kevin Carter, yang menggambarkan kelaparan di Sudan. Kevin begitu gemilang menjepret seorang anak kurus kering yang sedang sekarat ditunggui seekor burung kondor pemakan bangkai. Karya Kevin memperoleh Pulitzer 1994, sebuah penghargaan tertinggi karya pers di Amerika Serikat.
Karya fotografer freelance Charles Porter yang menggambarkan seorang petugas pemadam kebakaran sedang menggendong anak berusia satu tahun yang menjadi korban peristiwa pemboman di Oklahoma, terpilih sebagai peraih hadiah penghargaan tertinggi Pulitzer tahun 1996, yang diumumkan di Universitas Columbia. Paling tidak tersirat dalam karya foto itu adanya kesan, yang kuat seharusnya memperhatikan serta melindungi yang lemah.
Karya foto Eddie Adams, seorang fotografer asal Amerika Serikat yang memenangkan hadiah foto jurnalistik Pulitzer tahun 1969. Dalam karyanya ia menampilkan komandan polisi Vietnam Selatan, Brigjen Nguyen Ngoc Loan, sedang menembak seorang Vietkong yang menjadi tawanannya. Foto yang diabadikan di medan pertempuran kota Saigon tanggal 1 Februari 1968 tersebut ternyata sangat berhasil dalam melukiskan kekejaman dan kekotoran perang Vietnam. Dengan melihat foto tersebut, orang bisa merenungi dan merasakan apa yang sesungguhnya terjadi dengan peperangan.
Karya James Nachtwey tahun 1993 mendapatkan penghargaan tertinggi dari The Word Press Photo Foundation berupa penghargaan World Press Photo of The Year. James mengabadikan korban kelaparan di Somalia. Dalam karyanya terlihat seorang wanita kurus kering dengan posisi membungkuk membawa seorang mayat yang telah terbungkus kain kafan di padang yang tandus.
Karya foto Larry Towel, dari Kanada yang pada World Press Photo 1994 berhak atas Golden Eye Trophy. Foto tersebut menggambarkan anak-anak Palestina yang tinggal di sepanjang Jalur Gaza sedang mengacungkan pistol. Kejadian tersebut direkam Larry Towel pada bulan mei 1993 ketika terjadi gelombang aksi protes terhadap pendudukan tentara Israel di Jalur Gaza. Lagi-lagi orang dibawa untuk melihat apa yang sesungguhnya terjadi di Palestina.
Atau karya-karya foto di media massa yang menggambarkan banjir di DKI Jakarta, tsunami di Mentawai, banjir bandang di Wasior, letusan gunung Merapi, dll. Kepedulian sosial masyarakat akan terketuk dan sebisa mungkin ikut membantu atau paling tidak ikut merasakan, bagaimana kalau yang kena bencana rumah kita.
Dari karya-karya foto yang mendapatkan penghargaan bisa ditarik sebuah "benang merah" dari subyek yang berwujud berupa subyek yang tak berwujud seperti ide yang orisinal, konsep, perasaan, emosi serta getaran jiwa yang terdapat dalam sebuah karya foto.
Memang menghasilkan karya foto yang bisa membangkitkan atau menimbulkan rasa kepedulian sosial bila orang melihat memerlukan pemahaman terhadap aspek-aspek subyek yang dipotret serta kepekaan fotografer terhadap subyek selain penangkapan momen yang tepat. (KOMPAS, YUDANTO PRAYITNO)
Langganan:
Postingan (Atom)